Langsung ke konten utama

Wejangan Krisna kepada Arjuna sebelum perang melawan Karna


Wejangan Krisna kepada Arjuna sebelum perang melawan Karna

Bhagawadgita (Bhagavad Gita)

Wejangan Krisna kepada Arjuna sebelum perang melawan Karna
Krishna:
Apa yang kusampaikan kepadamu bukanlah hal baru;
sudah berulang kali kusampaikan di masa lalu.
Arjuna:
Apa maksudmu dengan masa lalu? Kapan?
Krishna:
Dari masa ke masa, di setiap masa.
Sesungguhnya kita semua telah berulang kali lahir dan mati,aku mengingat setiap kelahiran dan kematian.
Kau tidak, itu saja bedanya.
Setiap kali keseimbangan alam terkacaukan,dan ketakseimbangan mengancam keselarasan alam,maka “Aku” menjelma dari masa ke masa,
untuk mengembalikan keseimbangan alam.
“Aku” ini bersemayam pula di dalam dirimu,bahkan di dalam diri setiap makhluk hidup,segala sesuatu yang bergerak maupun tak bergerak.
Menemukan “Sang Aku” ini merupakan pencapaian tertinggi.
Dengan menemukan jati diri, Sang Aku Sejati,segala apa yang kau butuhkan akan kau
peroleh dengan sangat mudah.
Berkaryalah dan Keberadaan akan membantumu.
Sesuai dengan sifat dasar masing-masing,Manusia dibagi dalam 4 golongan utama.
Walau pembagian seperti itu,Tidak pernah mempengaruhi Sang Jiwa Agung.
Para Pemikir bekerja dengan berbagai pikiran mereka.
Para Satria membela negara dan bangsa.
Para Pengusaha melayani masyarakat dengan berbagai cara.
Para Pekerja melaksanakan setiap tugas dengan baik.
Berada dalam kelompok manapun,bekerjalah selalu sesuai kesadaranmu.
Jangan memikirkan keberhasilan maupun kegagalan.
Terima semuanya dengan penuh ketenangan.
Bila kau bekerja sesuai dengan kodratmu, tidak untuk memenuhi keinginan serta harapan tertentu, maka walau berkarya sesungguhnya kau melakukan persembahan.
Dan, kau terbebaskan dari hukum sebab akibat.
Tuhan yang kau sembah, juga adalah Persembahan itu sendiri.
Dalam diri seorang penyembahpun, Ia bersemayam.
Berkaryalah dengan kesadaran ini,dan senantiaasa merasakan kehadiran-Nya.
Banyak sekali cara persembahan – Ada yang menghaturkan sesajen dalam berbagai bentuk.
Ada pula yang menghaturkan kesadaran hewani pada “Sang Aku” – sejati yang bersemayam di dalam diri.
Bila kau mempersembahkan kenikmatan dunia pada pancaindera, maka kau menjadi penyembah pancaindera.
Bila kau mengendalikan pancaindera,maka kau menyembah Kesadaran Murni di dalam diri.
Ada yang mempersembahkan harta, ada yang bertapa,Ada yang berkorban, ada yang menjauhkan diri dari dunia,Ada yang sibuk mempelajari kitab suci, ada yang berpuasa.
Apapun yang kau lakukan, lakukanlah dengan kesadaran!
Langkah berikutnya:
Lakoni hidupmu seolah kau sedang melakukan persembahan.
Berkarya dengan penuh kesadaran, itulah Pengabdian.
Cara-cara lain hanya bersifat luaran.
Terlebih dahulu, raihlah kesadaran diri.
Bila kau tidak mengetahui caranya,Belajarlah dari mereka yang telah sadar.
Untuk itu hendaknya kau berendah hati.
Orang yang sadar tidak pernah bingung.
Pandangannya meluas, penglihatannya menjernih, ia yakin dengan apa yang dilakukannya,Sehingga meraih kedamaian yang tak terhingga nilainya.
Arjuna:
Bila Pengendalian Diri dan Penemuan Jati Diri
merupakan tujuan hidup,maka untuk apa melibatkan diri dengan dunia?
Aku sungguh tambah bingung.
Krishna:
Pengendalian Diri dan Penemuan Jati Diri memang merupakan tujuan tertinggi.
Namun, kau harus berkarya untuk mencapainya.
Dan, berkarya sesuai dengan kodratmu.
Bila kau seorang Pemikir,kau dapat menggapai Kesempurnaan Diri dengan cara mengasah kesadaranmu saja.
Bila kau seorang Pekerja,kau harus menggapainya lewat Karya Nyata,dengan menunaikan kewajibanmu, serta melaksanakan tugasmu.
Dan, kau seorang Pekerja,kau hanya dapat mencapai Kesempurnaan Hidup lewat Kerja Nyata.
Itulah sifat-dasarmu, kodratmu. Sesungguhnya tak seorang pun dapat
menghindari perkerjaan.
Seorang Pemikir pun sesungguhnya bekerja.
Pengendalian Pikiran – itulah pekerjaannya.
Bila pikiran masih melayang ke segala arah,apa gunanya duduk diam dan menipu diri?
Lebih baik berkarya dengan pikiran terkendali.
Bekerjalah tanpa pamrih!
Hukum Sebab Akibat menentukan hasil perbuatan setiap makhluk hidup.
Tak seorang pun luput darinya,kecuali ia berkarya dengan semangat menyembah.
Alam Semesta tercipta “dalam”
semangat Persembahan.
Dan, “lewat” Persembahan pula segala kebutuhan manusia terpenuhi.
Bila kau menjaga kelestarian lingkungan,lingkungan pun pasti menjaga kelestarianmu.
Raihlah kebahagiaan tak terhingga dengan saling “menyembah” – membantu dan melindungi.
Bila kau hanya berkarya demi kepentingan pribadi,tak pernah berbagi dan tak peduli
terhadap alam yang senantiasa memberi;
maka seseungguhnya kau seorang maling.
Berkaryalah dengan semangat “menyembah”.
Persembahkan hasil pekerjaanmu pada Yang Maha Kuasa.
Dan, nikmati segala apa yang kau peroleh dari-Nya sebagai Tanda Kasih-Nya!
Apa yang kau makan, menentukan kesehatan dirimu.
Dan, makanan berasal dari alam sekitarmu.
Bila kau menjaga kelestarian alam,kesehatanmu pun akan terjaga – inilah Kesadaran.
Waspadai setiap tindakanmu.
Bertindaklah dengan penuh kesadaran.
Inilah Persembahan,yang dapat mengantarmu pada Kepuasan Diri.
Bila kau puas dengan diri sendiri,dan tidak lagi mencari kepuasaan dari sesuatu di luar diri,maka kau akan berkarya tanpa pamrih.
Sesungguhnya seorang Pekerja tanpa Pamrih sudah tak terbelenggu oleh dunia.
Jiwanya bebas, namun ia tetap bekerja,supaya orang lain dapat mencontohinya.
Sesungguhnya tak ada sesuatu yang harus “Ku”-lakukan.
Namun, “Aku” tetap bekerja demi Keselarasan Alam.
Bila “Aku” berhenti bekerja, banyak yang akan mencontohi tindakan-“Ku”,
dan “Aku” akan menjadi sebab bagi kacaunya tatanan masyarakat.
Ketahuilah bahwa segala sesuatu terjadi atas Kehendak-Nya.
Tak seorang pun dapat menghindari pekerjaan,kau akan didorong untuk menunaikan kewajibanmu.
Maka, janganlah berkeras kepala – bekerjalah!
Terpicu oleh hal-hal di luar,panca-indera pun bekerja sesuai dengan kodrat mereka.
Janganlah kau terlibat dalam permainan itu.
Jadilah saksi, kau bukan panca-indera.
Berkat pengendalian diri bila inderamu tak terpicu lagi oleh hal-hal luaran,hendaknya kau tidak membingungkan mereka yang belum dapat melakukan hal itu.
Biarlah mereka menghindari pemicu di luar untuk mengendalikan diri.
Berkayalah demi “Aku” dengan kesadaranmu terpusatkan pada-”Ku”,bebas dari harapan dan ketamakan – itulah Persembahan, Pengabdian.
Para bijak berkarya sesuai dengan sifat mereka, kodrat serta kemampuan mereka.
Demikian mereka terbebaskan dari rasa gelisah, dan mencapai kesempurnaan hidup.
Berkaryalah sesuai dengan kemampuan serta kewajibanmu.
Janganlah engkau sekadar ikut-ikutan memilih
suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan sifat dasarmu,tidak sesuai dengan kemampuanmu.
Arjuna:
Aku memahami semua itu,namun kadang tetap saja terpicu untuk melakukan sesuatu yang tidak tepat.
Bagaimana mengatasi hal itu?
Krishna:
Ketahuilah terlebih dahulu penyebabnya – yaitu “keinginan”, “ketamakan” dan sifat dasar manusia yang membuatnya bekerja.
Manusia tak dapat berhenti bekerja.
Bila ia tidak bekerja tanpa pamrih,Ia akan bekerja untuk memenuhi keinginannya.
Ketamakan melenyapkan kesadaran manusia,akhirnya ia binasa terbakar oleh api nafsunya sendiri Kunci keberhasilan manusia terletak pada pengedalian diri.
Bila terkendali oleh pancaindera kau pasti binasa.
Ketahuilah bahwa panca indera mengendalikan raga,namun pikiran menguasai pancaindera.
Di atas pikiran adalah intelek,kemampuanmu untuk membedakan tindakan yang tepat dari yang tidak tepat – itulah Kesadaran.
Bertindakalah sesuai dengan kesadaranmu.
Dengan pengendalian diri dan bekerja sesuai dengan kesadaran,segala keinginan dan ketamakan dapat kau lampaui.
Kemudian setiap pekerjaan menjadi persembahan pada “Sang Aku” yang bersemayam dalam diri setiap makhluk.
Krishna:
Kau tidak berperang untuk memperebutkan kekuasaan;
kau berperang demi keadilan, untuk menegakkan Kebajikan.
Janganlah kau melemah di saat yang menentukan ini.
Bangkitlah demi bangsa, negeri, dan Ibu Pertiwi.
Arjuna:
Dan, untuk itu aku harus memerangi keluarga sendiri?
Krishna, aku bingung, tunjukkan jalan kepadaku.
Krishna:
Kau berbicara seperti seorang bijak,namun menangisi sesuatu yang tak patut kau tangisi.
Seorang bijak sadar bahwa kelahiran dan kematian,dua-duanya tak langgeng.
Jiwa yang bersemayam dalam diri setiap insan,sungguhnya tak pernah lahir dan tak pernah mati.
Badan yang mengalami kelahiran dan kematian ibarat baju yang dapat kau tanggalkan sewaktu-waktu
dan menggantinya dengan yang baru.
Perubahan adalah Hukum Alam – tak patut kau tangisi.
Suka dan duka hanyalah perasaan sesaat,disebabkan oleh panca-inderamu sendiri ketika berhubungan dengan hal-hal di luar diri.
Lampauilah perasaan yang tak langgeng itu.
Temukan Kebenaran Mutlakdi balik segala pengalaman dan perasaan.
Kebenaran Abadi, Langgeng dan Tak Termusnahkan.
Segala yang lain diluar-Nya sesungguhnya tak ada – tak perlu kau risaukan.
Temukan Kebenaran Abadi Itu, Dia Yang Tak Terbunuh dan Tak Membunuh.
Dia Yang Tak Pernah Lahir dan Tak pernah Mati.
Dia Yang Melampaui Segala dan Selalu Ada.
Kau akan menyatu dengan-Nya,bila kau menemukan-Nya.
Karena, sesungguhnya Ialah yang bersemayam di dalam dirimu, diriku, diri setiap insan.
Maka, saat itu pula kau akan terbebaskan dari suka, duka, rasa gelisah dan bersalah.
Kebenaran Abadi Yang Meliputi Alam Semesta, tak terbunuh oleh senjata seampuh apapun jua.
Tak terbakar oleh api, tak terlarutkan oleh air, dan tidak menjadi kering karena angin.
Sementara itu, wujud-wujud yang terlihat olehmu muncul dan lenyap secara bergantian.
“Keberadaan” muncul dari “Ketiadaan”
dan lenyap kembali dalam “Ketiadaan”.
Jiwa tak berubah dan tak pernah mati;
hanyalah badan yang terus-menerus mengalami kelahiran dan kematian.
Apa yang harus kau tangisi?
Badanmu lahir dalam keluarga para Satria,ia memiliki tugas untuk membela negara dan bangsa.
Bila kau melarikan diri dari tanggungjawabmu, kelak sejarah akan menyebutmu pengecut.
Bila kau gugur di medan perang,
kau akan mati syuhda, namamu tercatat sebagai pahlawan.
Dan, bila kau menang, rakyat ikut merayakan menangnya Kebajikan atas kebatilan Sesungguhnya kau tak perlu memikirkan
kemenangan dan kekalahan.
Lakukan tugasmu dengan baik.
Berkaryalah demi kewajibanmu.
Janganlah membiarkan pikiranmu bercabang, bulatkan tekadmu, dan dengan keteguhan hati, tentukan sendiri
jalan apa yang terbaik bagi dirimu.
Berkaryalah demi tugas dan kewajiban, bukan demi surga, apa lagi kenikmatan dunia.
Janganlah kau merisaukan hasil akhir, tak perlu memikirkan kemenangan maupun kegagalan.
Dengan jiwa seimbang, dan tak terikat pada pengalaman suka maupun duka, berkaryalah dengan penuh semangat!
Bebaskan pikiranmu dari pengaruh luar;
dari pendapat orang tentang dirimu, dan apa yang kau lakukan.
Ikuti suara hatimu, nuranimu.
Arjuna:
Bagaimana Krishna, bagaimana mendengarkan suara hati?
Krishna:
Bebas dari segala macam keinginan dan pengaruh pikiran, kau akan mendengarkan dengan jelas
suara hatimu – itulah Pencerahan!
Saat itu, kau tak tergoyahkan lagi oleh pengalaman duka, dan tidak pula mengejar pengalaman suka.
Rasa cemas dan amarah pun terlampaui seketika.
Krishna:
Ia yang tercerahkan tidak menjadi girang
karena memperoleh sesuatu;
tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.
Dirinya selalu puas, dalam segala keadaan.
Pengendalian Diri yang sampurna membuatnya tidak terpengaruh oleh pemicu-pemicu di luar.
Ia senantiasa sadar akan Jati-Dirinya.
Krishna:
Keterlibatan panca-indera dengan pemicu-pemicu di luar
menimbulkan kerinduan,
kemudian muncul keinginan.
Dan, bila keinginan tak terpenuhi,
timbul rasa kecewa, amarah.
Manusia tak mampu lagi membedakan tindakan yang tepat dari yang tidak tepat.
Krishna:
Seorang bijak yang tercerahkan terkendali panca-inderanya, maka ia dapat hidup di tengah keramaian dunia,
dan tak terpicu oleh hal-hal diluar diri.
Demikian dengan keseimbangan diri, ia menggapai kesadaran yang lebih tinggi. Jiwanya damai, dan ia pun
memperoleh Kebahagiaan Kekal Sejati.
Krishna:
Pengendalian Diri menjernihkan pandangan manusia, ia menggapai kesempunaan hidup.
Saat ajal tiba, tak ada lagi kekhawatiran baginya, ia menyatu kembali dengan Yang Maha Kuasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngenal Sedulure Dewe

KAKANG KAWAH ADI ARI - ARI adalah bagian dari hidup kita yg selalu mendampingi dan menjaga jasad kita, mereka berada dekat dari kita meskipun tak bisa diliat oleh mata, namun menurut para ahli kebatinan saudara kita sangatlah berperan penting dalam kehidupan terutama untuk menunjang roses dlm pembentukan JIWA yg manunggal, karena merekalah yg menuntunkan sukma dan ruh kita kealam suwung atau alam kelanggengan. oleh sebab itu maka perlulah  kita sebelum mempelajari ilmu kebatinan terlebih dahulu untuk mempelajari ilmu saudara kita atau dengan istilahnya ” NGOCO TANPO PENGILON” yaitu bercermin tanpa sebuah kaca, saudara kita ini terdiri dari; 1. KAKANG KAWAH yang disebut KAWAHIYAH, berada di TIMUR tempatnya, perwujudanya berupa AIR KETUBAN yang keluar terlebih dahulu dari kandungan, berwarna PUTIH. 2. ADI ARI-ARI yang juga disebut HARIYAH , berada di BARAT tempatnya, berupa ARI-ARI yang keluar setelah kita lahir, berwarna KUNING. 3. TALI...

Wejangan Krisna kepada Arjuna sebelum perang melawan Karna

KRISHNA: : "  Apa yang kusampaikan kepadamu bukanlah hal baru; sudah berulang kali kusampaikan di masa lalu." ARJUNA:  Apa maksudmu dengan masa lalu? Kapan? KRISHNA: Dari masa ke masa, di setiap masa.Sesungguhnya kita semua telah berulang kali lahir dan mati,aku mengingat setiap kelahiran dan kematian. Kau tidak, itu saja bedanya. Setiap kali keseimbangan alam terkacaukan,dan ketakseimbangan mengancam keselarasan alam,maka “Aku” menjelma dari masa ke masa,untuk  mengembalikan keseimbangan alam. “Aku” ini bersemayam pula di dalam dirimu,bahkan di dalam diri setiap makhluk hidup,segala sesuatu yang bergerak maupun tak bergerak. Menemukan “Sang Aku” ini merupakan pencapaian tertinggi. Dengan menemukan jati diri, Sang Aku Sejati,segala apa yang kau butuhkan akan kau peroleh dengan sangat mudah. Berkaryalah dan Keberadaan akan membantumu. Sesuai dengan sifat dasar masing-masing. Manusia dibagi dalam 4 golongan utama. 1.    Para Pemikir bek...

Hubungan Hakekat Sholat dan Pengenalan Diri

Sunan Bonang menghubungkan hakikat salat berkaitan dengan pengenalan diri, sebab dengan melakukan salat seseorang sebenarnya berusaha mengenal dirinya sebagai ‘yang menyembah’, dan sekaligus berusaha mengenal Tuhan sebagai ‘Yang Disembah’. bait-bait dalam Suluk Wujil pa da bait ke-12 dan selanjutnya Sunan Bonang menulis: 12 Kebajikan utama (seorang Muslim) Ialah mengetahui hakikat salat Hakikat memuja dan memuji Salat yang sebenarnya Tidak hanya pada waktu isya dan maghrib Tetapi juga ketika tafakur Dan salat tahajud dalam keheningan Buahnya ialah mnyerahkan diri senantiasa Dan termasuk akhlaq mulia 13 Apakah salat yang sebenar-benar salat? Renungkan ini: Jangan lakukan salat Andai tiada tahu siapa dipuja Bilamana kaulakukan juga Kau seperti memanah burung Tanpa melepas anak panah dari busurnya Jika kaulakukan sia-sia Karena yang dipuja wujud khayalmu semata 14 Lalu apa pula zikir yang sebenarnya? Dengar: Walau siang malam berzikir Jika tidak dibimbing petu...