Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September 13, 2012

Sastro Jendro hayuningrat dan kitap basah juga kitap kering

Belajar dari Sastra Jendra Hayuningrat Bagi orang yang belajar kawruh Kejawen, tentu sudah tidak asing lagi dengan kata-kata Sastra Jendra Hayuningrat. Meskipun banyak yang sudah mendengar kata-kata tersebut, tetapi jarang ada yang mengetahui apa makna sebenarnya. Menurut Ronggo Warsito, sastra jendra hayuningrat adalah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup. Apabila semua orang di dunia ini melakukannya, maka bumi akan sejahtera. Nama lain dari sastra jendra hayuningrat adalah sastra cetha yang berarti sastra tanpa papan dan tanpa tulis. Walaupun tanpa papan dan tulis, tetapi maknanya sangat terang dan bisa digunakan sebagai serat paugeraning gesang. Ada 7 macam tahapan bertapa yang harus dilalui untuk mencapai hal itu. 1. Tapa Jasad: Tapa jasad adalah mengendalikan atau menghentikan gerak tubuh dan gerak fisik. Lakunya tidak dendam dan sakit hati. Semua yang terjadi pada diri kita diterima dengan legowo dan tabah. 2. Tapa Budhi: Tapa Budhi memiliki arti m

Sunyum Suro

Memasuki bulan Suro ataupun Muharram, maka kita kembali harus melakukan ibadah. Ibadah apa itu? Ibadah itu terdiri dari 2 jenis yakni ibadah raga dan ibadah bathin. Dalam satu tahun yang berisi 12 bulan, terbagi menjadi 2 bulan dimana kita harus melaksanakan ibadah. 2 bulan tersebut adalah bulan poso/Ramadhan dan Suro/Muharram. Di ke 2 bulan tersebut, ibadah yang dilakukan pun berbeda. Pada bulan poso/ramadhan, ibadah yang dilakukan adalah ibadah ragawi. Artinya, kita berpuasa dengan menggunakan raga kita dengan tidak makan dan minum dan dipadukan dengan ibadah bathin seperti menahan hawa nafsu. Tetapi ketika menginjak ke bulan Suro/Muharram, maka ibadah yang dilakukan cenderung mengarah ke ibadah bathin. Dari pemahaman Kejawen, ritual di bulan Suro diawali pada malam 1 Suro hingga berakhirnya bulan. Artinya, laku dan olah bathin yang merupakan ibadah bathin tersebut lebih sering dilakukan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Semuanya itu semata-mata hanya untuk berupaya mendekat

Cara Melihat Aura

Ini ada sedikit “cara” agar kita bisa melihat aura diri atau orang lain dan juga berfungsi untuk menajamkan mata bathin serta kekuatan pikiran. ( Lintas Agama ) Caranya : Siapkan sebatang lilin, lalu nyalakan diruangan gelap ( dalam kamar asal jgn dikamar mandi ) Posisi lilin sejajar dgn mata. ( Duduk bersila ). Awal “latihan”…tarik nafas sambil baca doa memohon kpd Yang Kuasa 3X…kemudian tahan nafas lalu keluarkan perlahan. ( Metode pernafasan piramida ). Konsentrasi penuh dan slalu memohon pada Yang KUasa. Tataplah nyala lilin tsb yang berwarna biru (ditengah / ujung sumbu lilin ).  Tatap terus dan jangan berkedip semaksimalnya. Untuk Tahap Awal lakukanlah selama 30 menit. Diusahakan mata jangan sampai berkedip. Perlahan dan pasti anda akan melihat perubahan warna dililin tsb. Lakukan terus menerus. Dan diakhiri dgn doa memohon kepda Yang Kuasa sambil tangan dibasuh kewajah sebanyak 3 kali. Ingat konsentrasi dan keyakinan penuh. Bila anda sudah berhasil melihat minimal 5

SERAT WIRANGI

Cariyos peksi perkutut kaliyan derkuku Sami ngudi kawruh kasampurnan Sarta damel ibarat kadhapur dongeng Wonten peksi perkutut kaliyan derkuku mencok ing wit mandira, peksi perkutut ndongeng kados ing ngandhap punika : Ana nagara, misuwur endahing patamanane, kekembangan kang tinandur ing keputren luwih satus warna, kapageran pacak suji emas, karengga ing beji, sinasrah ing watu cendhani, kinepung ing reca prunggu lan rerenggan liyane sarwa emas tinaretes ing sesotya. Cedhak lan palenggahane sang putri, kasebaran sesotya warna-warna. Yen wayah esuk akeh kupune putih, abang, kuning, wungu, ijo, biru, lan ireng, padha miber pating saliwer golek maduning kembang, ndadekake wuwuhing asrine patamanan. Sakehing kupu padha bungah-bungah lelangen ing patamanan. Ana ing kono padha ungkul-ungkulan bagusing elar, Wasana kupu kang putih celathu marang kupu liyane mangkene : Delengen elarku putih resik, ora koyo elarmu katon reged pating celoneh, pating belentong sarta njuwarehi, saja